Langsung ke konten utama

11 Hari untuk Lombok - Flores


Cerita 11 Hari 

Mungkin ini adalah termasuk perjalanan saya terlama di tahun 2018, karena saya memutuskan untuk mengexplore Lombok-Komodo-Labuan Bajo. Dimana kali ini saya menikmati liburan berdua saja dengan sahabat saya yang bernama Ina yang asalnya dari jogja "wong jogja". 
Seperti biasa trip kali ini awalnya sama sekali ga direncanakan. Sebenarnya sih awalnya iseng-iseng liat open trip sailing Komodo yang meeponya dari Lombok, dan alhasil saya bahas berdua dengan ina, dan akhirnya ga disangka kami memutuskan untuk joint open trip Wujitravel dan langsung cari tiket

24.03.18
Bandara Soetta-Lombok
Kami memulai perjalanan dari Bekasi pukul 02.00 menggunakan Damri Bekasi-soeta dengan ongkos Rp 45.000. Sekitar 1 jam perjalanan, sampailah di bandara dan antrian terminal 1a untuk Lion sudah terlihat panjang sekali. Untungnya penerbangan tidak ada delay dan perjalanan on time. 




Supir mobil di Bandara maksa
08.15 WITA) Sesampainya di Bandara Lombok, kami pun manuju ke parkiran untuk melanjutkan perjalanan ke mataram menggunakan Damri. Selama menunggu Damri silver yang tak kunjung datang,ada beberapa supir taxi maupun mobil biasa menawarkan jasa mereka untuk mengantar, tapi nawarinnya ga selow pake maksa dan bohong soal ongkos damri yang dimahal-mahalin biar kami pakai jasa mereka. Karena ga nyaman, akhirnya langsung aja kami tanya2 sama bapak security dan ga lama kemudian Bis Damri Silver tujuan Mataram tiba. Emang sih agak ngetem sekitar setengah jam, 09.00 WITA) akhirnya bus berangkat dan sayapun menikmati perjalanan. Selama perjalanan bandara ke mataram memang masih asri banget masih banyak sawah-sawah dan jalanan sepi terlihat gunung-gunung yang megelilingi pulau lombok. Tak terasa sampai juga di pool bus Damri Mataram, dan langsung saya kabarin Frent sewa motor yang menurut saya dia good service dan ga pake ongkir untuk anter ke pool damri Mataram. 
Hotel Jazz Senggigi, La Chill Bar, pinggir Jalan
Motor sudah di tangan dan kami pun melanjutkan perjalanan menuju penginapan di senggigi. Jazz hotel senggigi namanya dengan fasilitas yang bisa dibilang sangat lumayan dengan harga 110ribu walaupun sahred bathroom, tapi nyaman banget dan pake AC, dan lokasinya pun sangat strategis. 
Kamar budget

Pemandangan depan kamar

Setelah istirahat sejenak karena lelah dijalan akhirnya kami mencari tempat untuk menikmati senggigi di sore hari, dan setelah kami browsing akhirnya kami menuju La Chill bar
La Chill Bar Senggigi
Kesegaran di sore hari
Ina & Prima
La chill Bar di malam hari

La Chill bar tempatnya kaya cafe2 pinggir pantai dengan kursi pasir warna warnj yg bisa disesuaikan, menikmati sunset dengan cocktail dan pizza salmon. Memang harganya aga mahal untuk minuman antara 20rb-ratusan ribu, dan makanannya pun dimulai dari 45rb, tapi ga apa2 kapan lagi kan kesini, jadi nikmati saja untuk hari pertama di Lombok Barat
Setelah matahari tenggelan dan sudah cukup lama juga kami disana akhirnya kami melanjutkan perjalanan untuk mencari tempat lain yang mungkin bisa jadi tempat nongkrong murah, dan kahirnya kami nongkrong di pinggir jalan dengan pemandaangan tebing, disana kami beli jagung dan secangkir kopi panas sambil menikmati pantai senggigi dari bukit

25.03.18
Sarapan lezat di hari Kedua
Setelah menikmati sarapan di hotel dengan menu lezatnya antara pancake dan omelete kami melanjutkan perjalanan hari ke 2 untuk nyebrang ke gili trawangan dari pelabuhan bangsal 
Sarapan

Jarak antara hotel Jazz Senggigi ke pelabuhan sekitar 30menit,bagi yang mau menggunakan motor maupun mobil lebih baik menggunakan maps.
Pelabuhan menuju Gili Gili
Sesampainya di Pelabuhan Bangsal jangan takut motor mau taruh dimana, karena disana banyak tempat penitipan motor menginap yang aman dengan biaya 10ribu/hari cari saja yang paling dekat dengan kantor tiket pelabuhan biar ga terlalu jauh. 

Sekitar pelabuhan

Loket 


Jangan lupa beli dulu tiket di kantor pelabuhan untuk ke gili trawangan biaya penyebrangan 15rb/orang sementara untuk ke gili meno 14rb/org dan gili air 13rb/org cukup murah dibandingkan kapal cepat yang waktu tempuhnya tidak jauh beda karena menggunakan perahu menyebrang yang biasa pun hanya sekitar 20menit ke gili trawangan
Kapal nyebrang ekonomi

Sampailah di gili trawangan, ini first time banget buat saya kesini dan ternyata isinya bule semua, ga nyangka pulau yg penghuninya mayoritas muslim ini isinya bule semua. 
Pondok Zilarose tanpa sambutan
Kami berjalan kaki ke penginapan dengan tas super berat yang dengan terpaksa kami gendong sekitar 300m. Penginapan kami bernama Pondok Zilaros yang sebelumnya sudah saya booking di Agoda dengan harga Rp 94.000. Setelah simpen barang kami menyewa sepeda di hotel tersebut dengan harga 40ribu/hari yang sudah saya tawar sebelumnya dari harga 50rb. 
Pondok Zilaros

Kamar sebelah kiri

Snorkeling 3 Gili
Memang sudah niat mau snorkelkng 3 gili, akhirnya pun kami bersepeda ke pelabuhan gili trawangan dan disana pun banyak sekali agent yang menawarkan snorkeling 3 gili dengan kapal glass bottom dan alat snorkeling. Dan akhirnya pun kami ikut snorkeling dari salah satu agent yang ada disana dengan biaya 90rb/orang yang lagi2 kali ini saya nawar dengan harga asli 100rb/org.
Dimulai snorkling di gili meno dengan spot view bawah laut patung statue yang menawan 15 sepasang manusia dengan si pria sambil memeluk sang wanita dari belakang dan 15 patung wanita sedang tidur miring.

Patung manusia bawah air

Spot yang kedua masih di sekitar gili meno dengan spot turtle point, penyu terlihat dari atas tetapi jauh untuk dijangkau sekitar 15meter dari permukaan dan setelah saya coba dekati untuk mengambil gambar, si penyu pun langsung kabur. 
Untuk spot terakhir adalah sekitar gili air yang dimana banyak sekali bule2 yang sedang berjemur dam disini kami dikasih waktu sekitar sejam untuk istirahat dan mencari makan masing2 peserta. Kami mencari makanan sambil mengitari gili air dan ternyata harganya harga2 bule udah mahal banget kaya di Senggigi. Ya tapi apa boleh buat perut sudah lapar setelah beraktifitas snorkeling. Cukup 3 jam untuk snorkeling dan makan.

Gili Air
Spot Snorkeling di Gili Air
Cafe di Gili Air

Pasar Malam dan Dunia malam
Setelah puas snorkeling 3 gili kami pun kembali ke penginapan untuk bersih-bersih dan istirahat sejenak. Matahari sudah terbenam dan kami kelaparan, langsung aja kami bersepeda ke pasar malam Gili Trawangan dan benar ternyata disana jual ikan-ikan segar, macam-macam masakan, dan sate ikan. Harga untuk nasi campur 5 macam masakan Rp 20rb sedangkan untuk sate ikan dengan harga Rp 15rb/tusuk. Sangat terjangkau dibandingkan cafe-cafe sepanjang Gili Trawangan.
Menu di pasar malam

Gili Gelato 

 Setelah makan kami pun menikmati malam di Gili dengan berkeliling menggunakan sepeda, ternyata luas sekali dan sudah sangat maju untuk pulau wisata karena dari penginapan murah sampai resort mewah ada dsana, dan jangan takut kehabisan uang cash soalnya disana udah banyak ATM. Kami berkeliling dan sempat singgah di Masjid Baiturahman, masjidnya lagi di renovasi cukup besar dan mesjid itu berdiri di tengah gemerlap lampu, musik RnB, dan minuman party. Sebagai pulau yang mayoritas warganya muslim pulau ini memberi kesan tersendiri bagi saya setiap saya lewat warga sekitar selalu mengucapkan salam "Assalamualaikum" 

26.03.18
Lombok Lancar jaya
Pagi-pagi siap bergegas untuk menyebrang kembali ke Pelabuhan Bangsal karena perjalanan hari ke tiga di Lombok ini cukup jauh dan memakan waktu yg lama karena kami akan melanjutkan perjalanan darat pakai motor ke arah Kuta dengan jarak 75km. Pagi hari sekitar jam 8 WITA kami langsung menuju pelabuhan dan membeli tiket untuk menyebrang dengan harga yang sama waktu saat kepergian Rp 15rb. Setelah sampai di pelabuhan Bangsal kami pun langsung melanjutkan perjalanan menuju Kuta, ditengah perjalanan hujan pun turun dan mengharuskan kami untuk singgah sebentar untuk pakai jas hujan
Defa Homestay, tersembunyi tapi strategis
Perjalanan yangs angat melelahkan dan akhirnya sampai di penginapan Defa Homestay yang saya sudah booking jauh hari dengan harga Rp 115rb/malem uda ada AC dan Wifi lokasinya pun terletak tidak jauh dari Pantai Kuta, karena kami hanya punya waktu sedikit untuk menjelajah wilayah selatan Lombok maka kami pun langsung jalan lagi setelah makan siang. 
Sign Defa Homestay

Defa Homestay
Kamar AC

Dalam kamar

Pantai dan Bukit di Selatan Lombok
Destinasi yang pertama menuju Pantai Mawun, jaraknya cukup jauh dari Kuta membutuhkan waktu sekitar 30menit, di pantai ini sangat sepi hanya ada beberapa warung dengan pemandangan laut yang dipenuhi perahu nelayan dan bukit yang terlihat 'epic', dan disana saya temui anak2 SD yang menawarkan gelang dengan macam2 warna 

Pantai Mawun
Sisi Kiri
Sisi Kanan
Anak-anak jual gelang

Setelah menikmati pantai Mawun, kami pun melanjutkan perjalana ke Pantai Semeti, yang terletak tidak jauh dari pantai mawun hanya saja jalan masuk ke pantai semeti masih bebatuan dan hanya bisa dilewati 1 mobil namun memang berbeda dari pantai lainnya, disini menawarkan pantai dengan uniknya bebatuan dan deburan ombak di sela2nya. Pantai ini juga menyuguhkan ombak ringan bagi peselancar pemula dan sangat aman.
Tadinya kami akan melanjutkan perjalanan ke pantai selong belanak tetapi karena waktunya tidak banyak dan mau mengejar sunset di bukit Merese akhirnya kami pun bergegas kesana, waktu yang ditempuh sekitar 45 menit dari Pantai semeti. 

Bukit dan para kera
Sebelum ke bukit merese kami pun berhenti sebentar di pantai tanjung aan karena posisi bukit tidak jauh dari pantai. Tidak lama kami di pantai, kami langsung menuju lokasi bukit merese. Untuk menuju ke atas bukit dan mwnikmati sunset cukup menguras tenaga karena harus melakukan jalan kaki. Tetapi setelah diatas bukit terbayarkan rasa cape dan kami pun hanya menghabiskan waktu dengan menunggu matahari terbenam bermain dengan sekumpulan monyet liar yang ada di bukit, rasanya tenang sekali.





Hari pun sudah gelap, karena jalanan dari bukit merese ke penginapan tidak ada penerangan maka kami harus segera ke penginapan. Setelah mandi dan kami pun mencari makan malam hanya saja di daerah kuta banyak restoran yang harganya bule dan akhirnya kami membeli sate madura di pinggir jalan dengan harga Rp15rb

27.03.18
Hari Santai ke Mataram
Masih di Defa Homestay, sarapan pagi dengan pancake banana madu yang menurut saya rasanya biasa aja. Karena hari ini tujuannya hanya ke Mataram maka kami pun bisa bangun tidur dengan berleha-leha. Sekitar jam 11an setelah mandi dan mengemas barang kami pun mulai perjalanan di hari ke 4 ini. Karena Desa Sade dilalui perjalanan kami ke mataram maka kami pun singgah untuk melihat dan lebih mengetahui tentang budaya di Desa Sade. Pada saat kami memarkirkan motor ada seorang pemandu lokal yang menawarkan kami untuk berkeliling Desa Sade. Akhirnya kami pun mengikutinya, ebelum berkeliling kami pun disuguhkan Tarian Khas Desa Sade yaitu Tari Paresean.


Penculikan wanita di Desa Sade
Setelah menyaksikan seni tari khas suku Sasak kami pun langsung menuju ke dalam desa Sade, didalam desa banyak sekali kain-kain tenun, sarung, ikat kepala, gelang, tas dan lain-lain mootifnya pun beraneka ragam. Memang sebagian besar wanita di Desa Sade mata pencahariannya adalah menenun dan untuk perempuan yang belum bisa menenun maka dia tidak boleh menikah. Jadi pada usia 8-10 tahun anak perempuan di desa ini sudah diajarkan untuk menenun. Dan yang uniknya lagi ada sebuah tradisi untuk pasangan sebelum menikah, yaitu ‘kawin culik’ dimana sang pria membawa kabur seorang wanita ke luar dari desa Sade selama 3 malam dan setelah itu mengembalikan si wanita ke kelurganya dan akhrirnya menikah. Jadi di Desa Dase tidak ada yang namanya lamaran karena itu sangat dilarang. Setelah mereka menikah maka pihak keluarga memeberikan sebuah tempat untuk bulan madu dengan ukuran 3x2 meter yang bernama ‘Bali Kodong’. Ditengah perjalanan kami pun bertemu dengan nenek yang sdah sangat tua yang sedang menenun, rata-rata orang tua yang sudah sepuh di Desa ini tidak isa berbahasa indonesia, dan saya pun meminta pemandu untuk menerjemahkan sambil mencoba untuk menenun. Ternyata sangat mengasyikan mencoba menenun dan memang itu tidak bisa dipelajari dengan singkat butuh waktu yang sangat lama.
Ketagihan mencoba menenun, tak terasa saya sudah ditunggu pemandu dan langsung membawa kami ke rumah Desa Sade yang atapnya terbuat dari ilalang yang dikeringkan, temboknya dari anyaman dan laantainya terbuat dari tanah liat. Nah uniknya lagi lantai ini dibersihkan dengan menggunakan kotoran kerbau secara rutin 2 bulan sekali agar lantai yang terbuat dari tanah liat awet bertahun-tahun. Rumahnya pun sangat sederhana, tingkat 2 dengan tangga menuju lantai atas sejumlah 3 anak tangga, di atas dapur dan kamar mandi sementara dibawah terdapat tempa tidur dan ruang keluarga untuk tempat tidurnya sendiri tidak menggunakan kasur hanya hamparan anyaman dan bantal. Untuk jumlah rumahnya saat ini sebanyak 150 rumah yang berarti 150 kepala keluarga karena didalam 1 rumah hanya untuk 1 kepala keluarga. Nah selebihnya Desa Sade dengan kepala keluarga baru letaknya tidak jauh dari Desa Sade yang pertama. Sepanjang jalan dan berkeliling desa Sade banyak sekali warga yang menawarkan kain, yang dijual tidak hanya kain saja tetapi ada gelang juga dan ikat kepala untuk harganya bisa kita tawar untuk kain mulai dari 75rb-ratusan ribu smentara ikat kepala 25rb-50rb dan untuk gelang handmadenya sendiri bisa ditawar 20rb 9pcs. Disekitar Desa Sade terdapat Rumah Lumbung dimana rumah ini adalah tempat menyimpan hasil tani bagi para warga desa Sade untuk 1 lumbung sendiri terdiri dari 5 keluarga. Lumbung inilah yang menjadi icon rumah adat Lombok dan jangan lewatkan un
tuk berfoto-foto disini. Tidak jauh dari Lumbung ada sebuah Masjid yang cukup besar dan unik dengan berbahan dasar kayu untuk atap dan temboknya, ternyata seluruh warga Desa Sade memeluk agama islam. Dan pada saat itupun waktu dzuhur telah tiba dan saya pun ikut solat disana. Selesai solat dzuhur dan tour desa Sade telah usai kami pun memberikan tips untuk pemandu yang katanya seikhlasnya.
Makan seekor ayam mini
Puas berkeliling Desa Sade kami langsung melanjutkan perjalanan ke tujuan utama kami adalah Kota Mataram dan menikmati kuliner khas Lombok yaitu Ayam Taliwang. Perjalanan yang jauh membuat kami kelaparan dan sudah membayangkan makanan khas Lombok itu. Sebelum menikmati ayam yang sudah membayangi pikiran saya, kami pun menyimoan barang di penginapan di Mataram letaknya di Hotel Kertayoga yang berada di Jl. Pejanggik. Tak lama setelah check in dan menyimpan barang kami pun langsung menuju RM. Ayam Taliwang H. Moerad yang tidak jauh dari penginapan. Harga untuk 1 ayam taliwang Rp 55rb diluar dari harga nasi dan minuman. Ternyata setelah disajikan ternyata itu harga 1 ayam taliwang utuh, kami sangka harga semahal itu untuk potongan ayam. Tetapi karena sangking laparnya kami pun melahap semua hidangan yang kami pesan dan rasanya “mantap”. Akhirnya makan enak juga setelah 3 malam makan yang belum pas sama lidah dan harganya yang tidak bersahabat.
Hotel Kertayoga




Ayam Taliwang di H. Moerad

Kota sulit nongkrong
Kenyang dengan ayam taliwang, kami pun menuju hotel untuk berbaring dan beristirahat ternyata kami pun tertidur lelap dan bangun setelah magrib, rasa lapar yang tiba-tiba datang mengharuskan kami mencari makan malam. ternyata sulit seklai mencari tempat nongkrong di Mataram, sampai saya pun mencari di google dan cafe nya pun sudah tidak berjualan lagi. Maka terpaksa kami mencari dengan mengira-ngira dan kami pun menuju arah Mall yang paling besar di Mataram nah untungnya dekat-dekat situ terdapat tempat makan yang sangat terjangkau dan tempat itu jual surabi, seblak, dll yang berasal dari Bandung. Jadi ini judulnya saya orang Bandung yang makan masakan Bandung di pulau sebrang.



“Lets Sailling with Wukitravel and other Awesome Guys”
28.03.18

Today is the day, hari dimana yang dinanti-nanti adalah memulai sailling. Pagi yang cerah dan semoga menjadi permulaan yang baik untuk hari selanjutnya selama sailling.
Pagi yang bersemangat
Barang sudah dikemas dan kami hanya menunggu Pak Daeng dari Wukitravel untuk menjemput kami di hotel. Tepat pukul 10.30 Pak Daeng dari Wukitravel menjemput kami menggunakan bus. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Lombok ternyata kami harus menjemput 12 peserta open trip lainnya di beberapa tempat sekitar Mataram dan Pak Daeng membeli bahan logistik untuk selama kami dikapal.
Pelabuhan mirip Danau
Setelah 2 jam perjalanan dari Mataram akhirnya kami pun sampai di Pelabuhan Lombok yang tepatnya berada di ujung timur Pulau Lombok. Saya melihat beberapa kapal disana untuk untuk sailling dan saya pun menaiki kapal dengan nama Nia Abadi yang berkapasitas 25 orang. Kapal kami dilengkapi dengan 2 toilet, deck tempat tidur, matras, bantal, selimut, dll. Ini merupakan kapal paling sederhana selama sailling dibandingkan kapal-kapal sailling yang dari Labuan Bajo dengan kapal Phinisinya. Setelah naik kapal dan memulai untuk sailling saya tidak melihat ada lautan lepas karena dikelilingi daratan. Ternyata setelah kapal jalan ada jalur tersembunyi menuju laut lepas yang tidak terlihat dari pelabuhan. Yang membawa kami ke Pulau pertama selama Sailling
Angin Sunset di Kenawa
Menuju Pulau Kenawa hanya di butuhkan waktu sekitar 2 jam dari Pulau Lombok. Sampai di pulau pukul 17.00 waktu yang pas untuk menikmati langit magenta. Pulau ini memang sudah ramai dan sering diadakan acara gathering dari instansi karena jarak pulaunya pun yang tidak jauh dari Lombok dan pasir putihnya. Belum ada penginapan dan bisa untuk bermalam disini dengan menggunakan tenda.
Setelah saya turun dari perahu dan langsung menuju puncak bukit, angin sore hari di Kenawa sangat kencang yang cukup bisa membuat penyakit ‘masuk angin’. Tetapi pemandangan sunset dari atas bukit seperti tameng melawan angin yang kencang itu. Indah dan pulau yang unik dengan rerumputan yang epic buat foto. Karena waktunya tidak banyak dan kami harus melanjutkan perjalanan panjang ke pulau selanjutnya.     


29.03.18
Moyo,Surga Air Hijau Pangeran
Tak terasa perjalanan 12 jam dengan ombang ambing laut gelap dimalam hari dengan pemandangan langit penuh bintang dan sinar bulan yang menyinari perjalanan kami. Ditengah laut bersama semesta dan bersujud diatas deck kapal tanpa atap yang tak bisa menentukan arah kiblat. Berdoa dan berdoa, keselamatan, kesehatan, dan nikmat kami pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa.
Pagi itu perahu diam dengan goyangan eksotisnya membangunkan saya dari terlelapnya tidur sepanjang malam. tenyata kami sudah sampai di Pulau Romantis Pangeran Inggris, pulau yang pernah menjadi tempat bulan madu Pangeran Charles dan Lady Diana ini akhirnya saya singgahi. Kali ini kami melewatkan Air terjun terbaik di Pulau Moyo namanya Air Terjun Mata Jitu namun opsi lainnya adalah Air terjun Senggelo. Jalan masuk untuk menuju Air terjun ini sangatlah tersembunyi, melewati semak belukar dan sungai surut yang membahasi kaki kami. Air terjunnya sendiri sangat jernih dan enak sekali untuk basah-basahan, kalau kita mendaki keatas disana ada kolam tersembunyi yang cukup dalam dengan tali bergelantung untuk menambah keseruan pengunjung. Enak sekali untuk berlama-lama bermain air dan berenang. cukup 2 jam menikmati keseruan di air terjun Senggelo dan kami harus kembali menuju kapal untuk melanjutkan pejalanan jauh ke NTT.


30.09.18
Gili Lawa Darat, Treking tanpa angin
Setelah melakukan perjalanan sekitar 16 jam dari Pulau Moyo dengan semua drama dikapal mulai dari bermain kartu yang kalah pakai bedak, lampu deck tidak menyala, gelombang yang cukup membuat makan malam tidak selera dan keluar kembali. Semua itu kami lewati dan tidak terasa pagi itu kami disambut oleh gugusan pulau yang megah dan ternyata kami sudah sampai di kawasan TN. Pulau Komodo tepatnya di Gili Lawa Darat/Gili Laba. Pagi itu Arunika cantik datang dengan sempurna. Oren pekat dengan pantulan cahaya laut tenang menyempurnakan indahnya. Sudah terlihat dari kapal jalur treking yang akan kami lalui sampai atas bukit, dan terlihat sepertinya cukup menguras tenaga. Dan memang setelah kami menuju ke puncak, jalur yang kami naiki sangat curam dan harus bawa minum. Apalagi pagi hari disini tidak ada angin sama sekali, sudah sampai di puncak pun tidak ada angin dan panas sekali. Keringat bercucuran, bule-bule aja sampai buka baju. Tapi usaha untuk sampai puncak bakal dibayar lunas sama indahnya pemandangan dari atas. Terlihat sekali gradasi laut dengan gugusan bukit khas flores. Untuk trek jalur turun bukitnya berbeda pada saat naik jadi lebih landai dan bisa menikmati gili ini sambil menuruni bukit.

Komodo, Si hewan Anugrah Tuhan
Sempat terlintas pertanyaan dibenak saya “Mengapa Tuhan menempatkan komodo di Flores? Jawabannya setelah saya kesini dan saya sadari bahwa kombinasi antara Komodo yang termasuk new 7 wnders dan Flores sebagai tanah surga dengan segala keindahaannya adalah Anugerah untuk negeri ini.
Itulah sekilas rasa bangga dan haru dari saya untuk tanah ini. Destinasi yang cukup membuat saya sangat penasaran dengan hewan ini, “Komodo” si predator berbisa yang ditempatkan sangat “pas” di tanah Flores. Untuk masuk dan melihat kadal raksasa ini kami harus didampingi “ranger”, ranger sendiri adalah warga lokal yang sudah sangat menguasai Komodo berbagai aspek. Ranger ini kebanyakan bertempat tinggal di Kampung Komodo tidak jauh dari tempat kami melihat Komodo.
Untuk biaya masuk Taman Nasional Komodo sendiri saya tidak tahu karena sudah sepaket dengan biaya open trip Wukitravel. Pada saat kami sampai disana hujan turun cukup deras dan terpaksa membuat kami harus menunggu di Pos. Pada saat menunggu hujan reda kami pun diberikan pengarahan lebih dahulu oleh Ranger kami karena kami ber 14 maka membutuhkan ranger 3 orang. Jalurnya sendiri terdapat 4 jalur ada short, medium, hard, dan adventure. Untuk mempersingkat waktu dan aga lebih jauh maka kami memilih jalur medium dengan jarak 4km. Sepanjang jalan kami diberikan edukasi tentang Komodo, dan pada saat bertemu Komodo diusahakan tidak panik dan selalu dekat dengan Ranger karena Komodo bisa tiba-tiba melakukan gerakan refleknya, bagi yang sedang haid juga agar berhati-hati dan tidak terlalu dekat dengan komodo. Intinya kalau kesna kita harus selalu mengikuti arahan dari Ranger karena kalau berani macam-macam nyawa melayang tanpa jasad ditelan Komodo. Setelah foto bersama Komodo kami pun kembali ke kapal dengan jalur yang berbeda dari arah kepergian. Tenang saja jalurnya datar tidak ada tanajkan.

Real Colour Pink Beach!
Saya :“ini mau kemana?”
Saya: “pantai apa itu di depan?”
Amir : “Pink Beach mba”
Saya : “mana pinknya mir?”
Amir : ...........
“Oh, ini yang namanya Pink Beach! Pink ny mana?” sambil kapal mendekat ke tepi pantai.
Ternyata pinknya hanya ada di tepian air dan pasir, itupun tidak banyak selebihnya pasir putih.
Tidak sesuai ekspetasi dan tdak sesuai orang-orang yang foto-foto di instagram. Tapi karang sekitar pantai cantik dan airnya pun jernih, cocok untuk snorkeling. Tapi kayanya jangan pake fins karena jarak permukaan ke karang dekat jadi takut karangnnya kena fin, nanti rusak. Cukup menikmati keseruan di pantai ini dan semuanya nyebur.

PADAR MEMUKAU!
Baru saja menikmat serunya bawah laut dan bermain air di tepi pantai pink, kapal kecil yang membawa kami ke Pulau Padar sudah menjemput. Karena jarak dari pantai pink ke pulau padar cukup jauh dan kami juga tidak mau sampai ketinggalan sunset di Puncak Padar. Sepanjang perjalanan menuju Pulau padar menggunakan perahu kecil dengan mesin perahu kecil yang sangat nyaring. Merasakan gugusan pulau flores, ditengah laut dengan banyakanya pusaran air dan gelombang kecil, angin laut dan hangatnya matahari sore disambut kawanan lumba-lumba hitam yang akan berpulang. Ini yang mahal dari Indonesia, bukan materi tapi kenikmatan seperti ini yang tidak ternilai harganya menambah semangat untuk mencapai puncak padar.
Sampailah di tepian perahu bersandar, karena matahari yang semakin turun dengan segera dan sangat terburu-buru kami pun melewati 114 anak tangga dan banyaknya tangga batu untuk mencapai puncak Padar.
Lelah, pegal, keram, keringat hilang seketika dengan pesonanya lekukan pulau ini. MEMUKAU! Perasaan campur aduk berada disini seperti mimpi dan inilah Flores. Efek sunset meperindah lekukannya, nikmati, nikmati, dan nikmati. Cukup dengan itu saja jatuh cinta tanpa kata. Semakin bersyukur dilahirkan di tanah ini, ini hanya sebagian kecil dari Indonesia. Hari semakin gelap dan kami pun harus menuruni puncak karena tidak ada penerangan sama sekali dan kami haru melewati ratusan tangga dan sesampainnya ditepian perahu parkir langitpun sudah gelap dan kami harus kembali ke kapal besar yang sudah stay di laut kawasan kampung Komodo. Perasaan was-was namun berkesan, karena kami berlayar malam hari menggunakan kapal kecil ditengah lautan yang hanya ada terangnya sinar bulan dan gugusan bintang dan sedikit celotehan teman-teman agar suasana perjalanan ke kapal tidak “krik-krik”.  
Sesampainya di kapal besar kami pun sudah dinanti dengan 4 kawan lainnya yang tidak naik ke puncak Padar. Dan malam ini kami tidak melakukan perjalanan hanya bermalam di laut yang airnya sangat tenang.

31.03.18
Gagak hitam mampir kapal
“ngak...ngak...ngak...ngak...”pagi dibangunkan suara kawanan burung gagak yang mampir di kapal kami. Tidur yang lelap tanpa goncangan ombak hanya suara dengkuran dari teman-teman lainnya. 
Hari ini terakhir di laut 
Hari terakhir tidur di laut
Hari terakhir makan dilaut
Hari terakhir main kartu di laut
Hari terakhir solat di laut
Hari terakhir bermalam dilaut
Hari terakhir bo*er dilaut
pokonya segala terakhir dilaut 
dan tinggal 1 destinasi lagi, kami gagal untuk menjumpai ikan bersayap hitam yang menjadi icon lautan Komodo apalagi kalau bukan Pari Manta karena arusnya cukup deras. Tapi tidak apa, bisa lain kali kan, tandanya saya harus kasini lagi.

Santai berjemur di Pantai Kelor yang berkarang
Rata-rata pantai di sekitaran NTT itu terlihat tenang tapi berarus, berenang sekitar pantai saja sudah terbawa arus. Terlihat Canoe yang sedang nganggur, ternyata itu milik Farhan dan Faisal. Langsung saja saya meminta mereka membawa saya bercanoe sekitar pantai dan ngobrol sedikit ternyata mereka anak-anak dari kampung yang berada di sebrang pulau Kelor, namanhya sendiri saya juga lupa tetapi terlihat tidak jauh dari pulau ini. beberapa pengunjung melakukan aktivitas yang berbeda-beda, ad ayang snorkeling, nongkrong dibawah pohon, naik ke atas bukit, dll. Karena waktu disini santai dan jarak ke Labuan Bajo cukup dekat maka kami pun bisa berlama-lama menikmati Pulau ini. Puas menikmati Pulau Kelor kami pun melanjutkan perjalanan ke pelabuhan dan sailling selesai. "Akhirnya di darat juga"

Say "Goodbye" Sailling end
Hanya butuh 1 jam dari Pulau Kelor ke Labuan Bajo, Di pelabuhan banyak sekali kapal-kapal sailling dan jenisnya pun bermacam-macam. Tak terasa 3 malam dikapal kami lalui bersama, dan akhirnya sekarang kami harus berpisah. Dengan para crew kapal, dan teman-teman lainnya. Ada yang langsung pulang keesokan ahrinya, ada yang lanjut ke Bajawa, saya dan Ina melanjtkan untuk menikmati Labuan Bajo untuk 3 hari kedepan. 

Hotel Mutiara Labuan Bajo, strategis tapi mirip kontrakan
Karena sudah sangat lelah saya dan Ina langsung menuju ke hotel kami, jalan kaki sekitar 200m ke jalan raya, dan untuk menuju  hotelnya kami pun menggunakan angkot ke arah hotel dengan biaya Rp5000 untuk 2 orang dan memang dekat sekali dengan pelabuhan dan sebenarnya ditempuh dengan jalan kaki. Sesampainya di hotel kami pun heran dengan kondisi hotel yang sedang di renovasi dan agak kotor dengan tanah, dan kondisi kamar yang kurang baik dimana seprei yang sudah lama jadi kesannya kotor, kasur tidak empuk, toilet ga bisa di flush, pokonya mirip kontraka dan baiaya untuk 1 harinya pun Rp 150.000 tanpa AC tidak seperti hotel kami sebelum-sebelumnya. Karena sudah kepaln tanggung booking dan tidak ada kamar yang lebih murah maka kami pun terpaksa tidur disini selama 3 malam. 

Ikan Bakar di malam pertama 









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Family Vacation Belitung

Well, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga... Yapp, Belitung Island salah satu destinasi favorit untuk liburan.. Kita pergi ber 8 orang, 5 diantaranya pergi dari Bandung termasuk saya dan 3 sepupu pergi dari Jakarta Day 1  Ketiba di pool Primajasa jam 23.45 kami ber5 menggunakan armada ini sebagai akses untuk menuju bandara.. Pukul 12.15 bus sudah mulai jalan, alhmdlh jalan lancar dan kami tiba pukul 02.15 Kepagiaaann.. Tidur-tidur lenje di bandara biar nanti nyampe belitung badan seger..   Menunggu sekitar 3jam akhirnya kami semua kumpul dan mulai check in dengan maskapai Citilink tiket untuk pp Jkt-Tanjung pandan sekitar 1,2jt  Penerbangan pukul 05.55 sampai di tanjung pandan pukul 06.55 Sebelum landing terlihat dari pesawat suasana pulau yang masih alami dengan pepohonan dan hutan2 yang lebat   Itukah Pulau Belitung??? Yaaaaa, wohooo im here now... Landing di bandara tanjung pandan, bandara termini yg pernah aku jumpai, hanya ada 3 maskapai Citil

LABENGKI SOMBORI, Pesona si biru di tengah dan tenggara Sulawesi

Sebagai Thalassophile saya bakal terus mencari keindahan laut di bumi pertiwi ini, tapi tidak menutup kemungkinan untuk explore yang lainnya karena soal pesonanya Indonesia ga ada habisnya. Yap, sebenarnya destinasi Labengki Sombori ini bener dadakan banget malah awalnya rencana ke Makassar-Toraja dan udah beli tiket jauh-jauh hari tapi karena problem akhirnya tiket di refund dan langsung ganti destinasi karena uda terlanjur ngajuin cuti. Kan sayang kalau cuma cuti di kostan doang. Yesss, diputuskanlah ke si biru cantik di Sulawesi Tengah dan Tenggara karena harga tiket dan paket open tripnya yang terjangkau juga. To the point di awal aja ya guys, saya pake travel ot yg sangat recommend cek aja di ig @hepifamilytravel yg tl namanya bang Anchu, bang ryan, bang adhi, dan bang temon . Low budget, service exelent!, Perjalanan kali ini saya daftar sendiri lagi, well gpp sih nti juga pasti bakal dpt temen kan namanya juga open trip yg pasti nanti bakal kenalan, ya karna ini ot yg kesekian